Minggu, 18 September 2016

ABCD : Asset Based Comunity Development



Berbicara mengenai pemberdayaan masyarakat maka akan berkait erat dengan peningkatan kemampuan atau kapasitas masyarakat. Tetai konsep pemberdayaan masyarakt ini paling sering digunakan untuk meningkatkan atau memberdayakan masyarakat miskin. Hal ini disebabkan masyarakat miskin sangat membutuhkan bantuan yang dapat meningkatkan kesejahtraan hidup mereka. Sementara konsep kemiskinan tersebut juga harus dipahami sebelum melakukan pemberdayaan masyarakat. Hal ini sangat penting arena sangat menentukan pada saat proses pemberdayaan dan juga sangat penting dalam penyusunan strategi dalam memberdayakan masyarakat. Jadi, dalam konsep pemberdayaan masayarakat pemahaman dan mengerti tentang konsep  kemiskinan dalam masayarakat sangatlah penting. Proses pemberdayaan masyarakat pemahaman dan mengerti tentang konsep kemiskinan dalam masyarakat sangatlah penting.

ABCD adalah sebuah pendekatan yang memberikan penekanan yang besar pada aset-aset yang dimiliki di dalam komunitas (yang sering tidak didasari) aset adalah segala hal yang ada dalam komunitas yang berpotensi dalam pengembangan komunitas tersebut. Baik itu berupa aset individual(seperti kepemilikan lahan, kemampuan menjahit), atau aset komunitas (seperti keberadaan lokasi komunitas yang bersinggungan dengan potensi wisata).

ABCD menggerakan pembangunan komunitas berdasarkan aset yang mereka miliki, sehingga komunitas diarahkan untuk menemukan dan mengembangkan atau bahkan menambah aset yang mereka punya untuk kemudian digunakan untuk kemajuan komunitas. ABCD memastikan dan menyampaikan pada komunitas bahwa segala perubahan baik yang terjadi adalah bersumber pada kekuatan komunitas, bukan dari pihak luar.

Ada beberapa aset komunitas yang perlu untuk dipahami dalam proses pemberdayaan  masyarakat yaitu :
1.    Modal Manusia (Human Capital)
Sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat menguasai teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat, baik itu teknologi yang sederhana maupun teknologi yang canggih. Modal ini mewakili unsur pengetahuan, perspektif, mentalitas, keahlian, pendidikan, kemmpuan kerja, dan kesehatan masyarakat yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2.    Modal fisik (Phsycal Capital)
Terdiri dari dua kelompok utama yang merupakan sarana yang membantu masyarakat  untuk meningkatkan kualitas hidupnya yaitu :
·         Bangunan (buildings), Rumah, pertokoan, perkantoran, gedung perniagaan, dll
·    Infarstruktur, jalan raya, jembatan, jalan kereta api, sarana pembuangan limbah, sarana air bersih, jaringa telpon, dll.
3.    Modal Finansial (finansial Capital)
Modal ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan yang ada dimasyarakat, (seperti penghasilan, tabungan, pendanaan reguler, pinjaman modal usaha, sertifikat surat berharga, saham dan sebagainya) yang dapat dimanfatkan untuk menunjang derajat kehidupan masyarakat.
4.    Modal Teknologi (Technological Capital)
Modal ini mewakili sistem piranti lunak (software) yang melengkapi modal fisik (seperti teknolgi pengairan sawah, teknologi penyaringan air, teknologi pangan, teknologi cetak jarak jauh dan berbagai bteknologi lainnya.) yang dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
5.    Modal Lingkungan (Enviromental Capital)
Modal ini memiliki sumber daya alam dan sumber daya hayat yang melingkup suatu masyarakat. Dapat berupa potensi yang belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga kenyaman hidup. Modal lingkunga terdiri daribumi, udara, laut, sungai, tumbuhan, binatang dll.
6.    Modal Sosial (social Capital)
Modal ini mewakili sumber daya sosial (seperti jaringan sosial, kepercayaan masyarakat, ikatan sosial, dan sebagainya) yang bermanfaat untuk membantu masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya. Norma dan aturan yang mengikat warga masyrakat yang ada didalamnya dan mengatur pola  perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) jaringan (networking), antara warga masayrakat ataupun kelompok masyarakat.  
7.    Modal Spiritual (Spiritual Capital
Upaya pemberian bantuan empathy dan perhatian, kasih sayang, dan unsur utama dari kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan).

Aset-aset yang ada di masyarakat atau yang dimiliki masyarakat sangat berperan dalam proses pemberdayan masyarakat. Misalnya dalam proses pemberdayaan masyarakat eran aset manusia sangat mendukung keberlangsungan pengembangan atau pemberdayaan kapasitas atau kemampuan masyarakat. Tetapi dalam hal ini peran aset yang lain juga sangat berperan. Misalnya, untuk meningkatkan aset manusia diperlukan aset fisik seperti sekolah atau rumah sakit sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan, keahlian, pendidikan, maupun kesehatan masyarakat untuk mengembangkan sumber daya alam yang dimiliki dengan dibantu oleh penguasaan teknologi yang dapat meningkatkan penggunaan sumber daya alam yang ada di masyarakat seperti penggunaan teknologi untuk pengembangan pertanian,agar nantinya meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Pemberdayaan masayarakat berbasis aset ini sudah dilakukan oleh berbagai atau organisasi yang bergerak dibidang pembangunan masyarakat di negara-negara berkembang seperti united kingdom Departement for International Development (DFID) dan Oxfam. Lembaga atau organisasi ini mengembangkan aset-aset atau modal yang ada dimasyarakat dalam proses pemberdayaan atau pembanguna masyarakat untuk meningkatkan sumber penghidupan masyarakat. Aset-aset yang ada di masyarakat dikembangkan dan diberdayakan untuk meningkatkan sumber penghidupannya. Di Indonesia banyak lembaga atau organisasi yang bergerak dibidang pemberdayaan masayarakat tetapi tidak terlihat yang benar-benar mengembangkan semua aset yang ada di masyarakat. Salah satu program pemberdayaan yang terkenal saat ini adalah Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri belum Sepenuhnya mengembangkan aset-aset yang ada dimasyarakat. Kalau diperhatikan program ini masih seputar pengembangan manusia (aset manusia), fisik (aset fisik), ekonomi (aset finansial). Disini ada anggapan bahwa dengan memberdayakan atau mengembangkan ekonomi masyarakat maka semua aspek yang terkait dengan kesejahteraa masyarakat akan terpenuhi.

ABCD muncul sebagai respon atau pendekatan berdasarkan kebutuhan (needs based approach) dalam hal pembanguna komunitas. Namun, pendekatan berbasis kebutuhan dan bantuan dari pihak luar ternyata dapat menghasilkan dua efek samping yang tidak diinginkan.

Efek negatif pertama adalah pemimpin yang membuat komunitasnya terlihat buruk. Melihat bahwa pihak yang akan membantu biasanya memberikan bantuan pada komunitas yang paling membutuhkan bantuan, maka bukan tidak mungkin seorang pemimpin komunitas akan melebih-lebihkan keadaan komunitas agar komunitasnyalah yang akan menerima bantuan.

Pemimpin komunitas akan menemukan cara terbaik untuk menarik bantuan dari pihak luar adalah dengan membuat permasalahan komunitas terlihat sangat buruk. Bahwa ada kebutuhan yang mendesak untuk dipenuhi atau ditolong. Kesuksesan seorang pemimpin dinilai dari seberapa banyak pihak luar yang tertarik untuk membantu masyarakat, daripada kemandirian komunitas itu sendiri.

Efek negatif kedua adalah masyarakat akan mempercayai apa yang akan dikatakan oleh pemimpin mereka ; mereka akan mulai merasa bahwa diri mereka penuh kekurangan dan tidak mampu membawa perubahan  baik pada diri mereka sendiri dan juga komunitas. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat dalam komunitas mulai berperilaku selayakmya konsumen atau klien, bukan sebagai agen perubahan itu sendiri. Dengan kata lain masyarakat hanya akan “pasrah” pada keadaan mereka dan hanya berharap agar pihak lain membantu. Dimana semestinya masyarakat seniri melakukan segala cara agar keadaannya menjadi lebih baik. da ketika keadaan menjadi lebih baik, mereka percaya bahwa tersebut karena bantuan dari pihak lain bukan upaya mereka sendiri. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar