Berbicara mengenai pemberdayaan masyarakat maka
akan berkait erat dengan peningkatan kemampuan atau kapasitas masyarakat. Tetai
konsep pemberdayaan masyarakt ini paling sering digunakan untuk meningkatkan
atau memberdayakan masyarakat miskin. Hal ini disebabkan masyarakat miskin
sangat membutuhkan bantuan yang dapat meningkatkan kesejahtraan hidup mereka.
Sementara konsep kemiskinan tersebut juga harus dipahami sebelum melakukan
pemberdayaan masyarakat. Hal ini sangat penting arena sangat menentukan pada
saat proses pemberdayaan dan juga sangat penting dalam penyusunan strategi
dalam memberdayakan masyarakat. Jadi, dalam konsep pemberdayaan masayarakat
pemahaman dan mengerti tentang konsep
kemiskinan dalam masayarakat sangatlah penting. Proses pemberdayaan
masyarakat pemahaman dan mengerti tentang konsep kemiskinan dalam masyarakat
sangatlah penting.
ABCD adalah sebuah pendekatan yang memberikan
penekanan yang besar pada aset-aset yang dimiliki di dalam komunitas (yang
sering tidak didasari) aset adalah segala hal yang ada dalam komunitas yang
berpotensi dalam pengembangan komunitas tersebut. Baik itu berupa aset
individual(seperti kepemilikan lahan, kemampuan menjahit), atau aset komunitas
(seperti keberadaan lokasi komunitas yang bersinggungan dengan potensi wisata).
ABCD menggerakan pembangunan komunitas
berdasarkan aset yang mereka miliki, sehingga komunitas diarahkan untuk
menemukan dan mengembangkan atau bahkan menambah aset yang mereka punya untuk
kemudian digunakan untuk kemajuan komunitas. ABCD memastikan dan menyampaikan
pada komunitas bahwa segala perubahan baik yang terjadi adalah bersumber pada
kekuatan komunitas, bukan dari pihak luar.
Ada beberapa aset komunitas yang perlu untuk
dipahami dalam proses pemberdayaan
masyarakat yaitu :
1. Modal
Manusia (Human Capital)
Sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat menguasai
teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat, baik itu teknologi yang sederhana maupun
teknologi yang canggih. Modal ini mewakili unsur pengetahuan, perspektif,
mentalitas, keahlian, pendidikan, kemmpuan kerja, dan kesehatan masyarakat yang
berguna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
2. Modal
fisik (Phsycal Capital)
Terdiri dari dua kelompok utama yang merupakan sarana yang membantu
masyarakat untuk meningkatkan kualitas
hidupnya yaitu :
·
Bangunan (buildings), Rumah, pertokoan, perkantoran, gedung perniagaan, dll
· Infarstruktur, jalan raya, jembatan,
jalan kereta api, sarana pembuangan limbah, sarana air bersih, jaringa telpon,
dll.
3. Modal
Finansial (finansial Capital)
Modal ini mewakili unsur sumber-sumber keuangan yang ada
dimasyarakat, (seperti penghasilan, tabungan, pendanaan reguler, pinjaman modal
usaha, sertifikat surat berharga, saham dan sebagainya) yang dapat dimanfatkan
untuk menunjang derajat kehidupan masyarakat.
4. Modal
Teknologi (Technological Capital)
Modal ini mewakili sistem piranti lunak (software) yang melengkapi
modal fisik (seperti teknolgi pengairan sawah, teknologi penyaringan air,
teknologi pangan, teknologi cetak jarak jauh dan berbagai bteknologi lainnya.)
yang dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat.
5. Modal
Lingkungan (Enviromental Capital)
Modal ini memiliki sumber daya alam dan sumber daya hayat yang
melingkup suatu masyarakat. Dapat berupa potensi yang belum diolah dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya pelestarian alam dan juga
kenyaman hidup. Modal lingkunga terdiri daribumi, udara, laut, sungai,
tumbuhan, binatang dll.
6. Modal Sosial
(social Capital)
Modal ini mewakili sumber daya sosial (seperti jaringan sosial,
kepercayaan masyarakat, ikatan sosial, dan sebagainya) yang bermanfaat untuk
membantu masyarakat memenuhi kebutuhan hidupnya. Norma dan aturan yang mengikat
warga masyrakat yang ada didalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga unsur kepercayaan (trust) jaringan (networking), antara warga masayrakat ataupun kelompok
masyarakat.
7. Modal
Spiritual (Spiritual Capital)
Upaya
pemberian bantuan empathy dan perhatian, kasih sayang, dan unsur utama dari
kebijakan praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan).
Aset-aset yang ada di masyarakat atau yang
dimiliki masyarakat sangat berperan dalam proses pemberdayan masyarakat.
Misalnya dalam proses pemberdayaan masyarakat eran aset manusia sangat
mendukung keberlangsungan pengembangan atau pemberdayaan kapasitas atau
kemampuan masyarakat. Tetapi dalam hal ini peran aset yang lain juga sangat
berperan. Misalnya, untuk meningkatkan aset manusia diperlukan aset fisik
seperti sekolah atau rumah sakit sebagai sarana untuk mengembangkan
pengetahuan, keahlian, pendidikan, maupun kesehatan masyarakat untuk
mengembangkan sumber daya alam yang dimiliki dengan dibantu oleh penguasaan
teknologi yang dapat meningkatkan penggunaan sumber daya alam yang ada di
masyarakat seperti penggunaan teknologi untuk pengembangan pertanian,agar
nantinya meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
Pemberdayaan masayarakat berbasis aset ini
sudah dilakukan oleh berbagai atau organisasi yang bergerak dibidang
pembangunan masyarakat di negara-negara berkembang seperti united kingdom
Departement for International Development (DFID) dan Oxfam. Lembaga atau
organisasi ini mengembangkan aset-aset atau modal yang ada dimasyarakat dalam
proses pemberdayaan atau pembanguna masyarakat untuk meningkatkan sumber
penghidupan masyarakat. Aset-aset yang ada di masyarakat dikembangkan dan
diberdayakan untuk meningkatkan sumber penghidupannya. Di Indonesia banyak
lembaga atau organisasi yang bergerak dibidang pemberdayaan masayarakat tetapi
tidak terlihat yang benar-benar mengembangkan semua aset yang ada di
masyarakat. Salah satu program pemberdayaan yang terkenal saat ini adalah
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri belum Sepenuhnya mengembangkan aset-aset yang
ada dimasyarakat. Kalau diperhatikan program ini masih seputar pengembangan
manusia (aset manusia), fisik (aset fisik), ekonomi (aset finansial). Disini
ada anggapan bahwa dengan memberdayakan atau mengembangkan ekonomi masyarakat
maka semua aspek yang terkait dengan kesejahteraa masyarakat akan terpenuhi.
ABCD muncul sebagai respon atau pendekatan
berdasarkan kebutuhan (needs based
approach) dalam hal pembanguna komunitas. Namun, pendekatan berbasis
kebutuhan dan bantuan dari pihak luar ternyata dapat menghasilkan dua efek
samping yang tidak diinginkan.
Efek negatif pertama adalah pemimpin yang
membuat komunitasnya terlihat buruk. Melihat bahwa pihak yang akan membantu
biasanya memberikan bantuan pada komunitas yang paling membutuhkan bantuan,
maka bukan tidak mungkin seorang pemimpin komunitas akan melebih-lebihkan
keadaan komunitas agar komunitasnyalah yang akan menerima bantuan.
Pemimpin komunitas akan menemukan cara terbaik
untuk menarik bantuan dari pihak luar adalah dengan membuat permasalahan
komunitas terlihat sangat buruk. Bahwa ada kebutuhan yang mendesak untuk
dipenuhi atau ditolong. Kesuksesan seorang pemimpin dinilai dari seberapa
banyak pihak luar yang tertarik untuk membantu masyarakat, daripada kemandirian
komunitas itu sendiri.
Efek negatif kedua adalah masyarakat akan
mempercayai apa yang akan dikatakan oleh pemimpin mereka ; mereka akan mulai
merasa bahwa diri mereka penuh kekurangan dan tidak mampu membawa
perubahan baik pada diri mereka sendiri
dan juga komunitas. Hal inilah yang menyebabkan masyarakat dalam komunitas
mulai berperilaku selayakmya konsumen atau klien, bukan sebagai agen perubahan
itu sendiri. Dengan kata lain masyarakat hanya akan “pasrah” pada keadaan
mereka dan hanya berharap agar pihak lain membantu. Dimana semestinya
masyarakat seniri melakukan segala cara agar keadaannya menjadi lebih baik. da
ketika keadaan menjadi lebih baik, mereka percaya bahwa tersebut karena bantuan
dari pihak lain bukan upaya mereka sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar